Selasa, 12 Agustus 2014

Pemanasan Global Bikin Laut Atlantik Hangat


Berdasarkan penelitian terbaru, Samudera Atlantik mengalami pemanasan yang begitu cepat akibat angin musiman yang berasal Pasifik. Hal itu, menjadi rekor terkuat sejak pecatatan yang dimulai tahun 1860-an.


"Kenaikan angin ini diperkuat kekeringan yang terjadi di California, kenaikan permukaan air laut yang meningkat tajam tiga kali lebih cepat dari rata-rata global di Pasifik Barat, dan memperlambat kenaikan suhu rata-rata permukaan secara global sejak tahun 2001," kata peneliti dari University of New South Wales (Australia) dan University of Hawaii (AS), seperti dilansir ABC, Senin 4 Agustus 2014.



Peneliti mengungkapkan bahwa meningkatnya pemanasan itu karena angin membawa panas dari udara di laut, sehingga berdampak pada lambatnya pemanasan suhu di permukaan global.



Hasil penemuan tersebut, diterbitkan di jurnal Nature Climate Change. Dalam jurnal itu, peneliti mengatakan pemanasan yang signifikan di samudera Atlantik menciptakan perbedaan tekanan yang mengejutkan antara Atlantik dan Pasifik. Dari perbedaan tersebut, menghasilkan anomali angin yang menyebabkan angin khatulistiwa Pasifik meningkat.



Adanya temuan ini membuat para peneliti terkejut, karena hal itu tidak terjadi seperti biasanya. "Ini menyoroti bagaimana perubahan iklim di salah satu bagian dari dunia dapat memiliki dampak yang luas di seluruh dunia," ujar salah satu penulisnya Shayne McGregor dari University of New South Wales.



Para peneliti berharap, dikutip lama phys.org, perbedaan suhu laut di antara Altantik dan Pasifik tidak berlangsung lama. Bila hal itu terjadi, peneliti melihat beberapa perubahan cepat, termasuk percepatan suhu yang mendadak di rata-rata permukaan secara global.



"Ini akan sulit untuk memprediksikan kapan tren pendingin Pasifik dan kontribusinya terhadap hiatus suhu permukaan global akan berkahir. Namun, El Nino besar adalah salah satu kandidat yang berpotensi untuk mendorong disinkronkan sistem kembali ke situasi pemanasan Altantik dan Pasifik," ungkap Prof. Mattew England dari Univeristy of New South Wales.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar